Nikmatnya Musim, 'Ale Lamtoro' dan Shatering
Apa hubungannya kenikmatan musim, ale lamtoro, dan shattering? Begitu mungkin gumam anda dengan judul tulisan ini.
Kenangan indah terkait musim I
Kita baru saja merayakan tahun baru cina, semua mall dihiasi 'pohon angpao' - pohon cherry, lambang datangnya musim semi. Di Jepang, pada awal musim semi begini, rumah-rumah banyak dihiasi ranting pohon cherry. Pohon cherry memang luar biasa indah jika berbunga - membawa kelembutan musim semi, menandakan surutnya kelabu musim salju. waktu kecil ibuku memasang sebuah lukisan tinta jepang 'satu ranting cherry berbunga' diatas palang kepala tempat tidurku. Hingga kini- bunga ini dalam realitas ataupun imagi selalu menumbuhkan rasa aman dalam diriku. Hal lain yang sangat berkesan bagiku dari bunga ini - adalah bahwa dia mengumandangkan datangnya musim baru, ini adalah masa yang penuh inspirasi dan membawa sukacita. Washington D.C. diawal musim semi banyak didatangi turis, semua hotel pasti penuh - mereka semua ingin menikmati hari pertama mekarnya 'cherry blossom' - ratusan pohon cherry ini menghiasi kota Washington D.C, sejak ratusan tahun lalu - setelah taman utama dikota ini ditanami pohon-pohon cherry otentik dari negeri sakura, dikirim khusus oleh kaisar Jepang abad lalu, untuk melambangkan perdamaian. Kala menyaksikan keindahan ini, kuselalu bersyukur bahwa orang Amerika tidak menghancurkan pohon-pohon ini ketika Jepang menyerang pearl harbour di masa perang dunia kedua.
Kenangan indah terkait musim II
Dimanapun kita berada, alam selalu menghadiahi nikmatnya pergantian musim, jika saja kita jeli menangkapnya. Setiap hari dalam perjalanan bogor - jakarta kupandangi pohon-pohon lamtoro gung yang seolah berlarian di tepi jalan. Banyak rangkaian buahnya telah kering kecoklatan, banyak yang sudah terbuka dan pasti telah memuntahkan biji-bijinya kebawah pokok pohon induknya. Ada rasa ingin menghentikan mobil untuk mencek apakah biji-biji itu sudah tumbuh menjadi pohon-pohon kecil, adakah sudah berkecambah? Mestinya sudah, sekarang kan hampir tiap hari hujan. Dulu, ditahun 70an, di Indonesia belum ada lamtoro gung, yang ada hanya lamtoro biasa - buahnya lebih kecil - tapi rasanya lebih nikmat sebagai campuran bebotok atau pecel Madiun. Para prijayi sangat suka kedua masakan ini. Tapi mereka tak banyak dikaruniai kesempatan sepenuh anak desa untuk menikmati 'ajaibnya awal musim hujan'.
Anak desa kala itu selalu bisa menikmati 'keajaiban yang menakjubkan' setiap awal musim hujan - bangun pagi selalu penuh kegembiraan, karena kita tahu akan banyak sajian alam bagi kita yang khas musim itu. Seperti tunas 'kunci' (empon-empon yang biasa dijadikan bumbu sayur bening itu), bahan sayuran untuk masak urap dengan bumbu sambal kelapa, kami sibuk mengumpulkannya dihutan jati pinggir desa sepulang sekolah. Atau jamur-jamur liar yang bisa dimakan. Anak desa mengenali semua, mana yang beracun dan mana yang tak boleh dimakan.
Dan pohon-pohon lamtoro disepanjang tepian jagorawi itu - selalu mengingatkanku kepada 'ale'. Ale adalah tunas-tunas kecil yang tumbuh dibawah pohon lamtoro - buah lamtoro pecah dipuncak musim panas, bijinya berhamburan kesekitar, lalu pada awal musim hujan, alam membantu mereka berkecambah. Gadis-gadis kecil akan keluar rumah dengan membawa 'tumbu' (keranjang banbu kecil) berceloteh riang dibawah pohon lamtoro sambil mencabuti ale, terbayang sedapnya sayur asam yang ibu masak nanti malam - karena kali ini ada kecambah ale, bahan istimewa di dalamnya.
Lalu mengapa "shatering"? - ini berhubungan dengan seseorang yang sangat saya kagumi, dialah salah satu sumber inspirasi saya untuk terus mencari tanaman-tanaman yang terancam punah untuk mencoba merawat dan mengembang-biakkannya kembali. Namanya Pat Moony - beliau ini menulis buku tentang politik ekonomi benih, tentang bagaimana konsentrasi kapital industri benih dunia yang kian mengerucut, mencerabut kemandirian petani diseluruh dunia, dan bagaimana ini sebenarnya juga ikut mengancam kelestarian keanekaragaman hayati didunia. Buku ini beliau beri judul "Shatering", waktu kubertanya mengapa judulnya begitu, kudapatkan jawaban "karena itulah yang dilakukan oleh berbagai buah dialam - setelah kering mereka akan pecah dan melempar bijinya keseluruh penjuru angin" - ini yang memungkinkan berbagai tumbuhan untuk terus berevolusi dialam dan menjaga keberlanjutan hidup spesiesnya. Waktu itu kusedang di Canada, dipertengahan musim dingin - tapi kubisa bayangkan persis apa yang dimaksudnya dengan "shattering" ini. Batinku melayang kekampung halamanku - membayangkan pohon lamtoro - rangkaian lebat buah lamtoro dipuncak musim panas - pecah - biji berhamburan - lalu tumbuhlah ale diawal musim hujan.
1 Comments:
ini tulisanmu kesepuluh. Hebat. Terus ya jangan berhenti.
Post a Comment
<< Home