Perempuan Desa Paling Siap Menyongsong Globalisasi
Siapa di Indonesia yang paling siap menyongsong globalisasi secara kompetitif?
Menurutku perempuan desa yang menjadi TKW itulah yang paling siap. Selama bertugas keluar negeri - aku tak pernah henti kagum pada mereka ini. Daya juang dan daya adaptasinya luar biasa. Mereka tak ragu sama sekali untuk keluar dari "comfort zone" mereka, menantang dunia yang sebenarnya "opaque" untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Dan, lebih sering mereka berhasil daripada gagal. Padahal segala sesuatu, mulai dari peraturan perundang-undangan dan norma-norma sosial hampir seluruhnya tidak menguntungkan baginya. Mereka belajar bahasa, bejalar beradaptasi pada budaya setempat, membangun jaringan pendukung, jeli mencari peluang. Taruhlah ibu Sri. Seorang perempuan paruh baya dari Temanggung yang sekarang sudah menetap di Swiss - yang kutemui November tahun lalu. Awalnya dia TKW, namun akhirnya bisa survive sebagai tukang pijet - yang sangat dicari jasanya. Berbekal HP tak pernah sepi hari-harinya dari kerja - semua langganannya didapat dari promosi mulut ke mulut oleh pelanggannya, dan dia selalu mendapatkan cash in hand.
Pernah suatu Sabtu sore dimusim semi dua tahun lalu, ketika aku jalan-jalan di Park di London - dikejutkan oleh celoteh dalam bahasa Jawa medhok - ketika ku menoleh - eh ternyata seorang gadis Jawa lagi asik ngobrol di HP. Kutunggu ngobrolnya usai lalu kudekati dan ajak dia berbahasa Jawa. Sambutannya sungguh hangat, bersua orang setanah air yang baru merupakan kebahagiaan baginya. Ternyata dia bekerja kepada keluarga arab kaya sebagai Nanny, bahasa Inggrisnya bagus, bahasa Arabpun bisa. Dia memberiku berbagai tip on how to survive in London. Mengasyikkan!
Kupikir-pikir. Aku yang klas menengah, yang punya segala privilese untuk ber"jibaku" di medan global - malah kurang nyali dibanding mereka. Meskipun sejak kecil bi-lingual, punya pendidikan dan pengalaman yang cukup, rasanya masih ada sedikit rasa miris kalau harus bener-bener terjun ke arena global - "On their turf, in their terms". Banyak dari kita yang besar di LSM di Indonesia, lebih fasih berglobalisasi dari home base kita - 'cushioned' by international funding, dan juga oleh network pendukung yang internasional pula". Tak pernah harus bener-bener survive sendiri di suasana yang asing.
1 Comments:
setiap aku ke luar negeri, aku selalu kagum dengan para pekerja perempuan Indonesia. Terutama, gaya mereka di pesawat terbang. Saya bergumam revolusi Indonesia bukan digerakkan LSM melainkan oleh kaum perempuan desa.
Post a Comment
<< Home