Mungkin Belajar Silatlah Jawabannya
Bersyukur bisa nguping diskusi beberapa orang hebat tentang rencana launching buku 'How to change the world". Sebuah buku yang membahas social entrepreneurship - kewiraswastaan sosial - mengangkat kisah-kisah orang yang 'humble' - tapi berkarya besar. Orang orang yang mampu mengubah dunia karena kegigihan, kesetiaan, kerjakeras, kecerdasan dan kreatifitas yang sangat tinggi. Kisah-kisah orang yang karya hidupnya mampu membangkitkan inspirasi untuk ikut berbuat baik.
Diskusi itu ramai. Separo kawan ingin acara besar - menghadirkan semua orang kaya, orang besar dan pejabat. kalau bisa juga menghadirkan SBY untuk meluncurkannya. Kalau SBY mau memberi 'key note speech' dalam peluncuran buku ini - dan meminta semua bawahannya untuk membacanya, maka dampaknya akan besar, begitu logika berpikirnya. Wah - kalau begini: bisa jadi kita sedang membahas jalan keluar Indonesia dari keterpurukannya! karena setelah buku diluncurkan - akan terbentang roadmap yang mulus menuju Indonesia sejahtera....
Tapi nuraniku terusik dengan jalan pikiran ini. Cara diatas berseberangan dengan jalan social entrepreneurship. Bukankah entrepreneurship harus tumbuh dari hati nurani, mulai mengalir jernih dalam bentuk ide - baru setelah diaktualisasikan dengan semua persyaratan seorang social entreprenuer - sumber perubahan ini bisa menggelombang dan membawa perubahan. Perubahan inipun biasanya terjadi karena banyak hati lain ikut terinspirasi untuk mendukung perubahan melalui karya nyata.
malam itu kubaca buku "how to change the world". Thanks untuk Marco Kusumawijaya yang memberikannya padaku. Memang - kisah-kisah di dalamnya cukup luar biasa. Kurenungkan mengapa orang-orang ini dapat mewujudkan karya-karya yang demikian bermakna bagi kehidupan, pada umumnya dengan sumberdaya kebendaan yang terbatas? Kurasa kutemukan jawabannya dalam cinta kasih dan kebebasan dari pamrih. Mungkin dua hal ini perlu ditambahkan dalam resep 'kepribadian yang diperlukan untuk jadi seorang social entrepreneur'. Dua hal yang sangat langka dalam hingar bingar dunia politik, dunianya SBY, dunia para pengusaha besar, dan pejabat besar.
lalu pagi ini kunemu di 'cofee table' rumahku 'Warta Bangau" yang artikel utamanya membahas Cinta Kasih.. Disitu dikutip mukadimah Guru Besar PGB Bangau Putih:
Cinta Kasih
......Tanpa cinta kasih
hubungan antara manusia adalah
hubungan yang penuh pamrih, kering dan tindas menindas.
Cinta kasih mendekatkan manusia kepada alam,
karena cinta kasih adalah inti kekuatan daya hidup,
inti kekuatan daya pertumbuhan, dan
inti kekuatan daya penyembuhan..............
Mungkin, pikirku - lebih baik SBY dan semua bawahannya, juga orang-orang DPR/MPR, MA dan seluruh pejabat peradilan, para orang kaya dan orang besar jakarta - sebaiknya diminta untuk belajar silat saja..
Aku juga hendak belajar silat jadinya. Kujatuh cinta pada mukadimah PGB Bangau Putih ini.....
1 Comments:
hmmm..bagus sih kalau memang ada waktu yg cukup buat main silat. Sebenarnya, yang kamu butuhkan adalah kegiatan yang menyeimbangkan antara mind, heart and body. Kabarnya, meditasi setiap pagi atau sore bisa meningkatkan kecerdasan.
Kapan terakhir kali kamu menyanyi? Kapan terakhir kali kamu menari? Kapan terakhir kamu menggambar? Kapan terakhir kamu mencipta sesuatu?
Bila Mindmu merasa capek, ya memang ini khas setiap orang. Terlalu banyak berfikir logis. Mungkin bisa mulai melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan. Kalau dulu lembar garpu bisa sekaran lempar apa kek.
Post a Comment
<< Home