Sekartaji

Isu Lingkungan, Perempuan dan Globalisasi di Indonesia

Saturday, January 21, 2006

Bligo Si Winter Melon

Masih berkisar oleh-oleh dari Jambi....

Persis di tikungan sebelum menyeberang sungai Batanghari dari arah pusat kota Jambi- didepan sebuah gubug reot seorang kakek menunggui jualannya berupa beberapa buah labu bligo (Benincasa hispida). Sudah lama sekali ku tidak pernah lagi melihat buah ini. Buah labu ini jika sudah tua tertutup oleh bedak putih - sehingga sering jika anak gadis berbedak terlalu tebal akan diledek sebagai bligo. Dulu di desa-desa Jawa buah putih lonjong ini terjuntai dari pohon-pohon tinggi yang mengitari tepian kebun dan pekarangan. Tanaman ini tak makan ruang - ditanam di pokok-pokok pohon tinggi dia akan menjalar keatas mencari matahari. Jika buahnya sudah banyak bergelantungan kelihatan lucu juga. Bisa saja pohon sawo, pohon trembesi atau pohon mangga tampak seolah-olah berbuah bligo yang putih dan besar ini.

Orang Jawa dulu biasa mengolah buah ini menjadi sayur bobor, dengan bumbu ketumbar dan kencur yang terasa sedikit menonjol dengan sedikit tempe yang sudah rada asam, dan santen yang rada encer. Ditambah tempe goreng dan sambel tomat, hmmm enaak... Bligo juga digunakan untuk mengobati panas dalam. Di Jambipun menurut si kakek - buah labu ini digunakan untuk mengobati panas dalam dan dapat dimasak menjadi sayur bening. Yang mengagumkan adalah bahwa hingga kini buah labu ini masih dijual di Jambi, hal yang tak pernah dijumpai di Jawa. Kalau kita kedesa-desa mencari buah labu ini juga sulit sekali.

Orang Cina, masih sangat menyukai labu ini. Apalagi menjelang tahun baru seperti sekarang ini. Bligo dijadikan manisan - namanya "manisan tangkwe", disajikan sebagai kudapan bagi sanak saudara dan juga sesajen bagi leluhur - menyimbulkan harapan agar tahun mendatang menjadi tahun yang membuat hidup lebih manis sejahtera.

Hingga kini orang Cina dan orang Vietnam yang telah berdiaspora penjuru dunia masih menghargai bligo (yang di Amerika dinamakan winter melon karena putih seolah diselimuti salju) ini. Sebagai sayuran maupun bahan manisan, dia masih terus hidup sebagai komoditi yang cukup prima. sampai sampai "Program Sustainable Agriculture Research and Education University of California" membahasnya dengan cukup mendalam sebagai komoditi yang pantas dibudidayakan karena banyak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan "Certified Farmers Market". Alasanya: karena imigran Asia Timur dan Tenggara jumlahnya cukup banyak di Amerika. Tengok www.sarep.ucdavis.edu/cdpp/stockton.htm. Sedangkan universitas lain di websitenya http://www.hort.purdue.edu menyebutnya winter melon atau fuzzy melon dan mengisahkan bahwa "the immature fuzzy melon fruits have a delicious flavor, stronger and more distinctinve than that of immature summer sqash".

Karena di desa kampung halamanku bligo sudah mengalami kepunahan lokal, maka kubelilah satu bligo yang tua (harganya Rp. 5000,-) untuk kutanam di pekarangan. Ini bligo istimewa - karena untuk sampai ke desa Sekaralas di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah itu - dia terbang lebih dulu bersamaku kembali ke Jakarta, transit lima jam sebelum ke Makasar - kembali ke Jakarta dua hari kemudian, baru ke bogor dan kemudian ke Jogja. Minggu depan dari sini dia baru akan tiba di calon rumahnya yang baru. Semoga kelak dapat berkembang biak memenuhi pohon-pohon pinggir desa, menganekaragamkan bahan pangan, memperkaya apotek hidup, dan siapa tahu suatu ketika akan dapat ikut mempermanis perayaan imlek di berbagai kota Indonesia sebagai "manisan tangkwee" kwalitas terbaik dan bahkan diekspor ke Amerika.

2 Comments:

At 12:44 AM, Blogger Dani Munggoro said...

Bagus. Aku senang tulisan yang terakhir. Hidup Bligo, Hidung Tangkwe. Ini tulisan kiki banget deh..

 
At 5:36 PM, Blogger Sekaralas said...

(Dari Republika Online) 22 Oktober 2002Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas) cukup digemari sebagai penganan di sebagian besar wilayah Tanah Air. Rasanya yang khas dan manis memang terasa nikmat disantap. Namun, ubi jalar ternyata tidak sekadar berfungsi sebagai teman yang pas saat menikmati minuman hangat di sore hari. Lebih dari itu, ubi jalar memiliki berbagai khasiat obat yang sangat bermanfaat.

Ubi jalar dikenal hampir di semua wilayah Indonesia. Ubi jalar memiliki nama daerah ubi jawa (Sumatera Barat), gadong jalur (Batak), ketela (Jakarta), (ketela rambat (Jawa), katila (Dayak), watata (Sulawesi Utara), dan lain-lain.

Kandungan kimia pada ubi jalar adalah protein, lemak, karbohidrat, kalori, serat, abu, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, vitamin B1, B2, C, dan asam nikotinat. Menurut pakar tanaman obat Prof Hembing Wijayakusuma, ubi jalar memiliki sifat kimia manis, dingin, astringen. Efek farmakologisnya berkhasiat sebagai tonik, menghentikan perdarahan. Bagian yang bisa dimanfaatkan adalah ubi dan daun.

Ubi jalar bisa digunakan untuk mengatasi kencing manis (diabetes mellitus), penyakit kuning, keseleo, luka terpukul, eksim, bisul, herpes, sakit tenggorokan, masuk angin, perut kembung, rematik, asam urat, pegal linu, dan lain-lain.

Mengatasi kencing manis, 100 gram ubi jalar, 15 gram kulit labu bligo (Benincasa hispida), dan 50 gram biji alpukat direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 500 cc. Lalu disaring dan diminum airnya, sedangkan ubinya dimakan.

Mencegah dan mengatasi penyakit kuning, 200 gram ubi jalar merah, 30 gram daun serut atau mirten segar, dan madu secukupnya, direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 500 cc. Ramuan disaring dan diminum dua kali sehari.

Mengatasi keseleo dan luka terpukul, ubi jalar secukupnya dikeringkan dan ditumbuk hingga menjadi bubuk. Tambahkan arak putih lalu oleskan pada tempat yang sakit. Mengatasi eksim, 250 sampai 300 gram ubi jalar merah diblender atau diparut, airnya dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.

Obat bisul, 100 sampai 200 gram ubi jalar putih diparut lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Mengatasi herpes, 100 gram daun ubi jalar dijus lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.

Jika mengalami sakit tenggorokan, 200 gram ubi jalar putih dikeringkan lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk. Seduh dengan air panas dan diminum hangat-hangat.

Mengatasi masuk angin dan perut kembung, 200 gram ubi jalar merah, 15 gram jahe, 1 jari kayu manis, 5 butir cengkeh, 5 butir kapulaga, dan gula merah secukupnya direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 500 cc, lalu diminum airnya.

Obat rematik, asam urat, dan pegal linu, 200 gram ubi jalar merah, 15 gram jahe merah, 10 gram jahe biasa, 5 butir cengkeh, 5 butir kapulaga, 1 jari kayu manis, 5 gram biji pala, 10 butir merica, dan gula secukupnya direbus dnegan 1.500 cc air hingga tersisa 600 cc. Lalu airnya diminum dan ubinya dimakan. n mag

 

Post a Comment

<< Home