Sekartaji

Isu Lingkungan, Perempuan dan Globalisasi di Indonesia

Friday, April 21, 2006

Masih Banyak Peluang!




Setelah Mampu Membuat Kertas Hand-Made, Apalagi?

Ketika komunitas Subur Gemi Nastiti sudah cukup mulus memproduksi kertas hand-made dari serat alam, mereka mulai mencari-cari apa lagi dari lingkungan sekitar yang dapat dikembangkan. Mereka mulai bereksplorasi olah-tangan, mengasah ketrampilan mengolah kayu, mencari bentuk-bentuk mungil yang dapat memberi nilai tambah yang tinggi kepada sumberdaya kayu. Suatu sumberdaya yang sangat tipis adanya di desa Sekaralas.

Tak Pernah Menebang Pohon

Orang Subur Gemi Nastiti, berkarya dengan kayu yang mereka panen dari pekarangan namun tak pernah menebang pohon. Hanya dahan-dahan yang digunakan. Kayunya beranekaragam, sesuai dengan ketersediaan tanaman yang ada di kebun. Setelah melalui berbagai ercobaan, kayu trembesi, nangka, sawo, mahoni dan jati termasuk kayu favorit karena memiliki warna dan tekstur yang indah. Untuk skala SGN dengan enam pekerjanya, satu kebun seluas 1,5 ha menyediakan cukup kayu. Namun jika seni kriya ini ingin dikembangkan secara lebih luas kepada penduduk desa yang lebih banyak, akan harus dipikirkan bagaimana kayu bisa disediakan secara lestari. Mungkin dengan merapikan dahan-dahan pohon pinggir jalan, atau lebih banyak menanam pohon disetiap tanah yang masih bisa ditanami. Mungkin juga dengan menegosiasikan penghutanan lahan perhutani disamping desa yang telah gundul selama puluhan tahun.

Kian Lama Kian Sempurna

Pada awalnya orang-orang SGN tidak terlalu menikmati membuat mote dari kayu ini. Mote-mote yang pertama dihasilkan sungguh kasar. Tapi dengan pendekatan workshop - dimana setiap hasil diteliti untuk dicari cara penyempurnaannya, setelah beberapa bulan hasilnya lumayan. Mote-mote yang dibuat kini cukup indah, kelihatan bahwa para pembuatnya telah mencurahkan perhatian yang penuh dalam proses produksinya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home